my profil

my profil

Pages

Minggu, 03 April 2011

mencari cinta ilahi ala inuer


Jika ada pecinta di dunia ini wahai muslim, itu Aku
Jika ada mukmin atau pertapa Kristiani, itulah Aku.
Ampas anggur,pelayan kedai minuman, meja, harpa dan musik
Kekasih, lilin, minuman dan senda gurau pemabuk, itulah Aku
Tujuhpuluh dua kredo dan sekte di dunia ini,
Sebenarnya tidak ada: Aku bersumpah demi Tuhan bahwa
Setiap kredo dan sekte, itulah Aku.
Tanah, udara, air, dan api, duhai tubuh dan jiwa,itulah Aku.
Benar dan salah, baik dan buruk, mudah dan sulit dari awal hingga akhir, itulah Aku.
Pengetahuan, ilmu, asketisisme, keshalehan dan iman, itulah AKu.
Api neraka, tentu saja dengan apinya yang berkobar kobar,
Ya, surga, eden dan bidadari, itulah Aku.
Bumi dan langit dengan segala isinya, itulah Aku.
Malaikat, peri, jin dan manusia, itulah Aku.
(Maulana Jalaluddin Rumi)
Dalam setiap langkah, seorang hamba dituntut untuk selalu berusaha menjaga, memperbaiki dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaannya, serta perlu menyadari posisinya setiap saat, sebagai hamba Allah (‘abid) yang harus taat dan tunduk terhadap segala titahNYA.
Dalam perjalanan menuju Allah seorang hamba melakukan berbagai cara, antara lain dengan mengasingkan diri dari keramaian, menjauhkan diri dari kehidupan materi, memilih hidup sederhana. semua aktivitas tersebut dikenal sebagai zuhud (kehidupan asketis). Semua perjalanan yang dilakukan semata-mata dalam rangka menemukan kehidupan, kebahagiaan kekal dan abadi. Perjalanan spiritual tersebut kemudian dikenal dengan perjalanan dan pengalaman sufistik.
Tujuan perjalanan sufistik tersebut adalah semata-mata untuk memperoleh hubungan langsung didasari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Allah swt. Intisari dari ajaran sufisme ini adalah kesadaran adanya kamunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Allah melalui cara mengasingkan diri dan berkontemplasi. Adapun kesadaran berada dekat dengan Allah itu dapat mengambil bentuk ittihad, hulul, ma’rifat ataupun mahabbah….
Tuntunan ajaran tasawuf pada dasarnya menekankan pada aspek esoteris (batin), sehingga dalam prakteknya seorang salik(pelaku tasawuf) senantiasa ingin menyucikan dirinya dari hal-hal yang kotor yang masih melekat pada hati dan jiwanya, kemudian mengisinya dengan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan hatinya tidak terpisahkan dari kekasih hatinya, Allah swt.
sehingga dapat dibayangkan jika Islam dipisahkan dari aspek esoterisisme nya, maka ia hanya menjadi kerangka formalitas saja, sehingga orang-orang yang rasionalistik hanya menerima Islam sebagai keformalan semata.
Mengenai cinta (mahabbah), sangat menyangkut aspek esoteris, yang merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Merupakan tingkat tertinggi dalam pencapaian menuju Allah. Perintis aliran asketisisme dalam Islam, berdasarkan cinta pada Allah (mahabbatullah), adalah Rabi’ah Al Adawiyah. Berikut ungkapan cinta Rabi’ah :
Kujadikan Kau teman berbincang dalam qalbu
Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku
Dengan temanku tubuhku berbincang selalu
Dalam qalbu terpancang selalu kasih cintaku
Rabi’ah yang pertama sekali menganalisis pengertian cinta dan menguraikannya : cinta yang tulus ikhlas dan cinta yang berdasarkan permintaan akan sesuatu dari Allah swt.
Cinta tidak dapat dipelajari manusia, karena ia merupakan suatu anugerah dari Tuhan dan datang atas kasih NYA. Mendapatkan maqam cinta tidaklah mudah, melainkan dengan jalan dan cobaan yang berliku. Cinta mendasari iman. perilaku takwa seorang mukmin yang bernuansa cinta adalah karena faktor kepatuhan kepada kekasih. Semua yang wujud tidak akan harmonis kecuali bila digerakkan oleh rasa cinta terhadap yang menjadikannya sendiri. Bahkan alam semesta adalah alam cinta, proses kehidupan dan grafitasi bumi terjadi karena cinta.
Seorang Rumi mengungkapkan “ andai tidak ada cinta, maka alam ini tidak lagi mempesona, kicauan burung tidak lagi merdu, panorama alam tidak lagi indah, bahkan dunia akan membeku tanpa makna”.
Berikut gubahan puisi “Cinta Lautan Tak Bertepi” Jalaludin Rumi…
Cinta adalah lautan tak bertepi, laut hanyalah serpihan buih belaka
Ketahuilah! Langit berputar karena gelombang cinta,
Andai tak ada cinta dunia akan membeku
Bila bukan karena cinta, bagaimana sesuatu yang organic berubah menjadi tumbuhan?
Bagaimana tumbuhan akan mengorbankan diri demi memperoleh ruh (hewan)?
Bagaimana ruh (hewan) akan mengorbankan diri demi nafas (ruh) yang
Menghamili Maryam?
Semua itu akan menjadi beku dan kaku bagai salju, tidak bisa terbang serta mencari padang ilalang bagai belalang
Setiap atom jatuh cinta pada yang Maha Sempurna dan naik ke atas laksana tunas
Cinta-cinta mereka tak terdengar, sesungguhnya adalah lagu pujian Tuhan….
Masih banyak pendapat sufi lainnya tentang konsep mahabbah itu sendiri. Namun yang terpenting adalah, cinta Ilahi merupakan maqam puncak di antara maqam-maqam yang lain. Mahabbah tidak dapat digambarkan dan didefenisikan, diberi batasan dan juga tidak dapat dijelaskan hakikat dan rahasianya. Tetapi mahabbah itu hanya dapat dirasakan bagi sufi yang sudah masuk ke dalam maqam mahabbah dan sudah pernah mengalaminya.
Mari kita bertobat, zuhud, faqr, tawakkal, dan banyak hal lainnya, agar kita sampai pada maqam tertinggi, yaitu al-hubb al-Ilahi…

0 komentar:

Posting Komentar

keong racun

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons